Selasa, 03 Januari 2017

[Resensi] Izmi dan Lila by Riawani Elyta




TENTANG HIDUP, PERSAHABATAN DAN BERJUANG DI PERANTAUAN









 
Judul: IZMI & LILA
Penulis: Riawani Elyta
Penerbit: Najah
Cetakan: Pertama, September 2011
Halaman: 289 hlm
ISBN: 978-602-978-866-2
Peresensi: Fachrina Fiddareini
Penikmat Literasi
Siswi MTsN Tulungagung

Novel ini menceritakan lika-liku perjuangan hidup dari Izmi dan Lila, dua mahasiswi asal Indonesia yang bersekolah di Singapura. Izmi, seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana serta Lila, anak tunggal dari sebuah keluarga kaya.
Keduanya berkesempatan mencicipi pendidikan di negeri Merlion berkat beasiswa dari dua yayasan (foundation) yang berbeda.

Saat tahun pertama studi mereka, kurs dolar tiba-tiba saja melonjak naik. Jauh meninggalkan rupiah yang masih tertatih. (hal 18) Hal ini sudah tentu menyebabkan Lila kelabakan. Ditambah lagi dengan kabar dari Mama yang menceritakan bahwa usaha percetakan Papa bangkrut karena ditipu oleh tangan kanannya sendiri. Disusul oleh sisa yang ada jauh dari cukup untuk biaya hidup Lila serta krisis moneter membuat UOB account-nya semakin sekarat. (hal. 21)

Sementara Izmi, selain dari beasiswa, dia juga disokong oleh uang hasil penjualan tanah warisan Kakeknya. Namun, kurs dolar membuat segala perhitungannya meleset. (hal. 95) Untungnya Izmi masih bisa  membiayai hidup dari upah membantu Nyonya Jen (pemilik apartemen Izmi) menjalankan bisnis sarapan paginya.

Konflik semakin berkembang ketika  Nathan, putra bungsu Nyonya Jen, masuk ke dalam hidup Izmi. Nathan yang kini menjadi duda karena ditinggalkan istrinya berselingkuh mulai dekat dengan Izmi. Akan tetapi, Nyonya Jen malah salah paham dan mengusir Izmi agar meninggalkan apartemennya. (hal. 144)

Di sinilah pertemuan mereka, Izmi menemukan Lila yang pingsan di tengah jalan dan membawanya ke rumah sakit. Bahkan Izmi juga mengontak Miss Hanna, orang dari foundation Lila.  Sejak saat itu, mereka mulai bersahabat dan tinggal dalam satu flat bersama.


Lila yang mengalami kesulitan keuangan memutuskan untuk melamar pekerjaan di Hong Leong, walaupun Lila tahu yang ia lakukan itu adalah ilegal. Tapi ia tetap menjajal masa pelatihan sampai waktu yang ditentukan. Sayangnya, di akhir pelatihan, Lila dihadapkan pada pilihan sulit, yakni memilih antara karir atau pendidikannya. Untunglah Edward memberinya masukan yang sangat berarti; "Siapa pun setuju kalau pendidikan memang hal yang terpenting dalam hidup. Tapi, pendidikan menjadi tak berarti kalau kau tak punya kesempatan untuk mengaplikasikannya ..." (hal. 203)

Banyak kenangan yang mereka lalui. Usaha penjualan kue buatan Izmi yang sempat membuat Lila iri, kebimbangan Lila yang harus memilih antara pekerjaan di Hong Leong atau pendidikannya, Nathan yang terus mencari kesempatan agar bisa bersama Izmi untuk menyampaikan pesan Nyonya Jen. Serta Edward yang tiba-tiba saja menyatakan cintanya pada Lila.

Hingga tibalah waktunya, Lila mendapat kabar bahwa papanya sakit parah. Mau tak mau Lila pulang dan akhirnya sang papa sudah dipanggil oleh-Nya. Keadaan ini cukup mengejutkan Lila. Mamanya juga sudah memberitahu rahasia kejatuhan bisnis papanya dan meminta Lila untuk melanjutkan usaha lain yang dimiliki papa Lila.

Kelebihan novel ini, diantaranya adalah, bahasa yang digunakan cukup lugas, menarik namun tetap dikemas secara santai. Semangat menjalani hidup serta kemandirian yang dicontohkan Izmi dan Lila benar-benar menginspirasi. Selain itu, kekuatan persahabatan ditambah sedikit bumbu roman semakin mempermanis kisah dalam novel karya Riawani Elyta yang satu ini. Pembukaan pada setiap bab juga cukup memikat walaupun pada beberapa bagian sudah bisa tertebak akhirnya.

Kekurangannya, dalam beberapa bagian pendeskripsian masih agak bertele-tele. Desain cover juga kurang menarik. Ada beberapa bagian dalam narasi novel ini yang masih menggunakan bahasa tak baku, namun tetap tidak berpengaruh banyak dalam hal kenyamanan saat membaca buku ini.

Terlepas dari itu kekurangannya, novel ini sungguh patut dibaca oleh semua kalangan untuk menyadarkan kita betapa pentingnya persahabatan dan kerja keras untuk mencapai cita-cita serta menghadapi ganasnya kehidupan.

Tulungagung, 31 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar